expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Fanfiction

RedEyes

Chapter I

Ya... Begitulah kehidupanku, tidak punya teman sama sekali. Padahal dulu aku mempunyai teman banyak.  Semenjak kejadian itu, aku selalu dijauhi teman-teman.
______oOo______
            Suatu hari aku mengikuti ekstrakulikuler musik. Bagiku ini pertama kalinya di SMA aku mengikuti ekstrakulikuler. Sambil menunggu dimulai kegiatanya, aku mengambil earphoneku yang berada di tas dan aku duduk di kursi paling depan dekat dengan meja guru. Itu sudah kebiasaan lamaku yang selalu duduk di dekat meja guru. Lalu earphonenya kukenakan di telinga kanan dan telinga kiriku. Lalu kutancapkan ke mp3ku. Sedang asiknya mendengarkan lagu Ichiban no Takaramono, tiba-tiba ada seorang anak perempuan berikat rambut ponytail berwana cokelat dan matanya berwarna hitam kecoklatan menghampiriku.
            “HeiHei...!! Kamu orang mana ? Apa kamu bisa bahasa Indonesia ? Karena kamu seperti orang luar negri. Rambutmu berwana biru. Ummm... Dan matamu.. Matamu berwarna biru. Kakoi...Oh iya hampir lupa. Namaku Raika Kasumi kelas 10C. Panggil saja Raika. Hajimemashite” Seru anak itu.
            “ Hhmm.. Aslinya aku orang sini kok. Hanya saja keluargaku campuran. Papaku berasal dari Indonesia dan Mamaku berasal dari Jepang. Aku udah lama kok tinggal di sini, dari lahir malahan. Watashi wa Haru Ichinose desu. Panggil saja Haru. Hajimemashite.” Kataku
            “Nene.. Aku ini otaku lo.. Aku suka tokoh anime yang rambutnya berwana biru. Makanya aku tertarik denganmu dan ingin berteman denganmu. Bolehkan aku berteman denganmu?”
            “ Tentu saja boleh. Yoroshiku onegaishimasu.”
            “ Haru.. Arigatou. Kukenalkan temanku dech. Mau gak ?”
Tangan Raika langsung mengambil tanganku, lalu aku langsung dibawa ke teman-teman Raika.
“Mithe mithe. Aku membawa teman baruku. Namanya Haru Ichinose.” seru Raika.
“Yoroshiku onegaishimasu.” Kataku
“Hai Haru Ichinose. Namaku Kisara Tendo. Panggil saja Kisara. Bolehkan aku memanggilmu Haru ?” tanya seorang anak perempuan berambut pendek berwarna hitam.
“ Tentu saja boleh.” Jawabku
“  Oh hai Haru Ichinose. Watashi wa Enju Aihara. Panggil saja Enju. Yoroshikun.” senyum anak perempuan berambut panjang tak diikat berwarna pirang.
“Yoroshikun.” Jawabku
Teeeet......Teet..........
“Waah.. Bel sudah berbunyi, tanda ekstra musik akan dimulai. Ayo kita ke kelas sekarang juga.” Ajak Enju.
“Ayo...” kata Raika.
Saat masuk kelas, aku langsung duduk di tempatku seperti tadi.
“Nene.. Haru, boleh gak aku duduk di sebelahmu ?”
“Tentu saja Enju.” Jawabku.
“Haru, ngomong pembina musiknya sangat ganteng lo... Soalnya masih muda. Umurnya aja baru 23 tahun. Dia guru baru lo..” bisik Enju.
“Masa ?? Namanya siapa ?”tanyaku penasaran.
“Namanya... .”
Saat aku bertanya kepada Enju datang seorang Sensei dari balik pintu. Sensei itu mengenakan kemeja berwana biru tua dengan berdasikan warna hitam dan sangat pas untuk kemejanya. Rambutnya sedikit pendek dan poninya juga pendek. Dibalik poni itu terlihat kacamata berwana hitam.
“Selamat sore anak-anak. Saya adalah pembina baru ekstrakulikuler musik. Hajimemashite. Nama saya Rentarou Satomi. Ada yang ingin ditanyakan ?” tanya Sensei Rentarou.
“  Saya Sensei. Rentarou Sensei mengajar mata pelajaran apa ?” tanya seorang anak perempuan yang diikat dua.
“Saya mengajar matematika dan saya juga memiliki kelemahan di matematika.”
“Kelemahannya apa Sensei ? “
“Yaitu.. Berhitung 1 sampai 10.”
“Hahahaha. Mana mungkin ada guru Matematika yang tidak bisa berhitung.” Tawa murid-murid.
“Saya hanya bercanda. Ada yang ingin ditanyakan lagi?..... Kalau sudah tidak ada mari kita mulai.” Senyum sensei Rentarou.
Lalu sensei mengambil gitar yang berada di lemari dekat meja guru.
“Sensei, mau main gitar ? Apa sensei bisa memainkan gitar?” tanya seorang murid laki-laki.
“Tentu saja bisa. Kalau tidak bisa, ya saya tidak akan bisa menjadi pembina musik.”
“HAHAHAHa” tawa murid.
“Nah sekarang saya akan memainkan gitar ini dan bernyanyi.” Kata Sensei.
Lalu sensei memainkan gitar tersebut sambil nyanyi. Semua murid terdiam untuk mendengarkan lagu yang dinyanyikan sensei. Suara sensei sangat merdu dan memainkan gitarnya sangat bagus. Aku menikmati musik dan iramanya. Sampai-sampai kakiku gerak untuk mengikuti irama musiknya.
“WOW....... WWEwWW...” teriak semua murid sambil tepuk tangan.
“Terima kasih. Dan sekarang saya akan menunjuk satu orang murid untuk menyanyi. Dan saya akan mengiringi dengan menggunakan gitar.”
Semua murid terdiam. Dan tiba-tiba sensei melihatku. Dengan tatapan yang mencurigakan.
“Ya kamu... Yang berambut warna biru. Sini maju kedepan.”teriak Sensei.
“Aku ??” tanyaku.
“Iya.”
“Tap...Tapi...”
“Ayolah Haru. Cuma nyanyi aja gak bisa. Cepat maju kedepan.” Suruh Enju.
Akhirnya aku maju ke depan. Aku merasa tegang berada di depan teman-temanku.
“Namamu siapa Gadis muda ?Minta nomor telepon donk”kata sensei.
“Rentarou Sensei masa senang dengan perempuan muda. Padahal Sensei sudah tua. Hahaha.” Kata seorang murid laki-laki.
“Enak saja saya sudah tua. Saya aja masih umur 23 tahun. Belum tua kali.. Umurmu berapa gadis muda berambut biru?” tanya Sensei.
“16 tahun..” jawabku.
“Masa Sensei mau mempacari seorang murid dengan umur 16 tahun. Haha.”Teriak seorang murid.
“Saya kan hanya bercanda.Hihi... Oh iya namamu siapa rambut Biru.”
“Watashi wa Haru Ichinose.” Jawabku
“Haru... Ayo nyanyi bersama sensei. Sensei akan mengiringi ya. Nyanyi Let it Go, bisa gak ?”
“Bisa.”
“Baiklah ayo mulai.”
“Let it Go.......dst”
“WewwWW.. “ teriak semua murid
Aku hanya bisa tersenyum, gatau suaraku bagus apa nggak yang penting aku sudah nyanyi.
“Haru suaramu bagus daripada suara saya.” Puji Sensei.
“Terima kasih Sensei. Saya akan kembali ke tempat duduk.” Tanyaku.
“Tentu saja. Mari kita lanjutkan memainkan alat musik.
.
.
Jam sudah menunjukan pukul 5. Ekstrakulikuler sudah selesai. Dan aku akan sms Onii-Chan agar Dia menjemputku di sekolah. Namanya Mamoru Chiba. Memang kami tidak sedarah. Karena sudah terlalu dekat dari kecil aku jadi terbiasa memanggil Onii-Chan.
“Haru.. Kami pulang duluan ya. Bye... Sampai besok.” Kata Kisara dan lainnya.
“Oke.. Hati-hati.”seruku.
Jam sudah menunjukan jam 6. Tapi Onii-chan tidak menjawab smsku, bbmku, dan telponku. Dan akhirnya baru dijawab jam 6 lebih lima. Katanya Onii-chan, Onii-chan tidak bisa menjemputku karena dia sedang ada latihan drama untuk pementasannya di Universitasnya. Ya sudah akhirnya aku pulang ke rumah dengan jalan kaki sepanjang 5 km. Saat aku sedang jalan, aku merasa sedang dikuti oleh orang. Akhirnya aku mempercepat langkahku. Tiba-tiba saja jaketku ditarik oleh orang asing. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, aku hanya bisa menarik-narik jaketku dengan sekuat tenaga. Saat aku menghadap ke belakang, aku melihat orang berkacamata hitam.
“Rentarou Sensei..” Seruku
“Hai..” jawab Sensei dengan muka meledek.
“Sensei mengkagetiku. Aku udah panik nih Sensei. Masa mengerjai muridnya sih.” Kataku dengan muka marah.
“Gomen.... Habis aku melihat kamu jalan sendirian di malam hari. Kan berbahaya seorang murid jalan sendirian di malam kaya gini.”
“Terus,,,, Sensei mau ngapain sekarang?”tanyaku
“Ya mengantarmu pulanglah.”
“Emang sensei punya kendaraan untuk mengantarku ? “
“ Tentu saja punya. Masa gak punya. Haha. “
“Mana kendaraan Sensei?”
“Lah itu di depanmu.”
“Itu... Masa seorang guru menaiki motor Ninja.??”
“Hahaha. Ohok...OHok... Gak boleh?.?.”
“Ya ya boleh.”
Akhirnya Sensei Rentarou mengantarku sampai rumah. Rumahku terlihat gelap karena tidak orang di sana. Orang tuaku sedang pergi ke luar negri karena pekerjaan mereka. Dan Oni-Chan belum pulang dari sekolah.
“Rumahmu kok gelap banget. Mesti rumahnya banyak setannya ya? HiiiiIIiiIIii.... Seram.” Gurau sensei.
“Enak saja. Setan itu nggak ada Sensei. Mengajarkan muridnya tidak benar.”
“Ya sudah, saya duluan ya. Anjing peliharaan saya belum tak kasih makan. Hehe. Apa nggak papa nih, di rumah sendirian. Kamu kan cewek kalau sih nggak papa.”
“Nggak papalah Sensei.. Aku kan bukan anak SD lagi. Biasanya ada pembantu. Tapi pembantuku lagi pulang kampung. Sudah sana pulang Sensei.”
“Oke.. Saya pulang dulu. Hati-hati di rumah.Jangan lupa belajar juga. Haha.”
“Iya. Sensei.”
Saat aku membuka pintu, tiba-tiba kepalaku pusing. Tapi setelah beberap detik kemudian kepalaku sudah normal kembali. Akhirnya membuka pintu lalu mengunci pintunya kembali. Onii-Chan sudah membawa kunci cadangan sehingga aku nggak usah repot-repot membuka pintu. Begitu aku meletakan tas. Aku lansung mandi, lalu makan, setelah itu aku menonton tv. Biasanya aku belajarnya pagi hari jam 5an. Jam menunjukkan pukul 9. Aku merasa bosan. Tiba-tiba hpku berdering. Ternyata bbm dari Onii-Chan. Katanya Ia akan pulang jam 10. Terus Onii-chan menyuruhku untuk tidur. Tapi aku belum ngantuk.
Tiba-tiba kepalaku merasa pusing seperti tadi. Aku memutuskan untuk tidur lebih awal. Saat aku menuju kamar, aku selalu terjatuh dan tidak kuat  untuk jalan. Aku baru pertama kali merasakan pusing sedashyat ini. Akhirnya aku sampai ke tempat tidurku. Aku langsung berbaring di kasur. Tanpa sengaja aku melihat ke kaca bahwa mataku bernangis darah. Aku sangat panik. Dengan cepat aku mengambil tisuku yang berada di sebelah jendela kamar. Aku mengusapkan darah yang mengalir di darah. Darah itu terus mengalir dari mataku. Akhirnya aku menelpon Onii-chan supaya cepat pulang karena aku merasa tidak beres dengan tubuhku. Sambil mengusap darahku, tiba-tiba aku merasa badanku sangat panas. Dan aku hanya berharap semoga aku baik-baik saja sampai Onii-Chan pulang. Aku hanya terbaring di kasur tidak berdaya.
Tidak lama kemudian muncul seorang laki-laki berjaket hitam dan mukanya tidak terlihat sedang berada di jendela. Aku berpikir itu adalah pencuri dan aku akan membiarkannya karena tubuhku sangat panas dan tidak bisa digerakan. Lama-kelaman laki-laki itu mendekat ke arah ku. Dia hanya diam semenit. Setelah itu dia berkata kepadaku, “ Hai kau wanita yang kupilih untuk mempunyai kekuatan RedEyes. Kuserahkan tanggung jawab ini kepadamu. Gunakan ini untuk membunuh musuh-musuhmu atau penjahat di dunia ini. Sebelum itu aku akan mengambil sedikit darahmu untuk mendeteksimu darimana saja. Akan kutancapkan taringku ini ke lehermu, mungkin ini agak sakit. Tapi bertahanlah.”
Aku hanya bisa terdiam merasakan tancapan taring milik laki-laki itu masuk ke dalam leherku. Rasanya sangat sakit sampai menusuk tulang-tulangku. Akhrinya laki-laki itu melepaskan taringnya dari leherku.
“Aku sudah mengambil darahmu. Sekarang aku akan pergi sebelum orang lain mengetahuiku. Jagalah dirimu baik-baik. Jangan sampai menyalahgunakan kekuatanmu.”kata laki-laki tanpa nama itu.
Saat laki-laki itu menghilang aku merasakan ada kekuatan di dalam tubuhku. Tapi aku tidak tahu cara menggunakannya. Sekarang aku tidak merasakan kesakitan lagi.
“Tolong....Tolong.... Ada pencuri masuk rumahku.” Teriak seorang nenek yang berada di sebelah rumahku.
Tanpa pikir panjang aku lansung melompat dari jendela kamarku. Padahal kamarku berada di lantai 2. Tapi aku tidak merasakan sakit sama sekali. Aku langsung berlari menuju rumah nenek itu. Sampai di rumah nenek itu aku melihat ada 5 orang pria tak dikenal sedang merampok rumah nenek itu. Pria yang satunya memegang nenek itu dan mengarahkan pisau ke leher nenek itu. Padahal ada banyak tetanggaku disitu yang melihat kejadian tersebut. Tapi mereka sangat tak berdaya karena perampok itu mempunyai tawanan yaitu nenek yang tadi. Jika tetanggaku menyerang maka nenek itu akan terbunuh. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya aku berteriak dengan keras, “LEPASKAN NENEK ITU SEKARANG JUGA!!!” teriakku
“Enak saja. Emang kamu bisa berbuat apa hah ?? Dasar anak remaja jaman sekarang.” Kecam perampok yang membawa nenek itu.
Aku hanya bisa diam. Tiba-tiba aku merasakan kekuatan di tubuhku. Dan tiba- tiba aku melihat mataku berwarna merah di genangan air dekatku. Tiba-tiba tubuhku mendorongku untuk melawan perampok itu. Tanpa kusadari kakiku melangkah dengan sendirinya menuju perampok itu. Dengan secepat kilat aku langsung memkul perampok itu hingga terjatuh.
“WOOIIII... APA YANG KAMU LAKUKAN BOCAH. KURANG AJAR KAMU... KUBUNUH KAU” teriak perampok itu.
Dengan secepat kilat aku menghindari pisau yang dipegang perampok itu, lalu kutendang perutnya dengan kakiku. Akhirnya merasakan kekuatanku yang sebenarnya. Aku melihat ada pisau di sebelahku kuambil pisau itu dengan kekuatanku lalu pisau itu mengambang di udara.
“BERANINYA KAU DENGANKU. EMANGNYA KAMU BISA APA ?? KUHAJAR KAU . HIYAAAAAAAAA...”
Tanpa pikir panjang aku menggerakan pisau itu mengarah ke jantung perampok itu. Dan aku hanya berdiri di tempat yang tadi. Sekitar 3 meter dari  penjahat tersebut
BRUKKKK .. Perampok itu langsung terkapar.
Melihat kejadian itu perampok yang lain langsung menyerangku. Tanpa kusentuh tubuh mereka. Tidak ada 5 menit semua perampok itu terkapar di tempat kejadian tersebut dengan berlumuran darah.
Setelah itu aku melihat nenek yang sedang duduk di tanah. Lalu aku ingi membantunya berdiri. Tetapi nenek itu langsung menjauh dariku.
“JANGAN DEKATI SAYA. SAYA MASIH PINGIN HIDUP.” Teriak nenek itu.
“ Nek, emang kenapa Nek? Saya kan udah menolong anda.”
“Tapi kamu punya kekuatan aneh yang bisa membunuh orang tanpa disentuh.”
“Aku juga tidak tah..”
“SUDAHLAH JANGAN MENDEKATI SAYA SEKARANG.” Sela Nenek.
“Tapi aku hanya ingin membantu.”
Akhirnya aku menjauh dari Nenek. Saat aku ingin pulang ke rumah dan aku akan melawati kerumunan orang, kerumunan orang itu langsung menjauh dariku.
“Woi... Jangan mendekati kami. Nanti kami bisa terbunuh seperti perampok yang tadi. Sana pergi.!!” Teriak seorang pria berbaju hijau.
Aku merasa kesal dengan pria itu. Tanpa sengaja kudorong pria tadi dengan kekuatanku tanpa kusentuh.
“Woi... beraninya kamu dengan orang yang lebih tua melakukan ini. Sana pergi.!!”
Dengan meneteskan air mata aku berlari dari kerumunan itu menuju ke rumah. Aku lupa saat aku keluar rumah, tadi aku keluar lewat jendela. Kucoba untuk melompat ke jendela kamarku. Akhirnya aku bisa mencapai jendela kamarku. Setelah itu kututup jendelaku lalu kukunci. Aku melihat kaca lagi. Kulihat mataku berwarna merah dan menangis darah. Tiba-tiba kacaku retak olehku. Ternyata aku tidak bisa mengendalikan kekuatanku. Wajahku penuh dengan darah gara-gara aku menangis darah. Dengan berjalan lambat aku menuju ke kamar mandi untuk membersihkan wajahku. Setelah sampai di kamar mandi kukunci pintu kamar mandi. Aku langsung menuju ke wastafel, kubersihkan mukaku. Aku selalu melihat kaca dan mataku masih berwarna merah. Aku hanya tertunduk dan menangis kembali karena meingat kejadian tadi. Dari dulu aku memang cengeng. Tanpa sadar pintu kamar mandi itu terbuka dan seorang laki-laki berambut pendek dengan poni panjang langsung memelukku.
“Onii-Chan... Hikss...”
“Ada apa HaruChan? Kenapa tanganmu berlumuran darah dan wajahmu juga ? Dan kenapa matamu berwarna merah.?”
“Onii-Chan... Aku takut... Aku takut....”
“Sudah.. sudah. Aku bersihkan dulu wajahmu ya. Sini Onii-Chan bantu ya Haru. Dan nanti ceritakan apa yang terjadi.”
“Baik. Onii-Chan.”
Setelah dibersihkan mukaku oleh Onii-Chan, aku menceritakan semua apa yang telah terjadi. Onii-Chan sangat terkejut mendengar ceritaku dan Onii-Chan melihatku menangis lagi kemudian langsung memelukku.
“Sudahlah tidak usah dipikirkan. Onii-Chan akan selalu disisimu kok. Andaikan Oni-Chan datang lebih cepat. Gomen.”
“Onii-Chan tidak salah kok. Aku yang salah dan aku akan menerima semuanya. Kutanggung resikonya.” Sambil tersenyum
“Nah gitu donk... Tersenyum. Ehhh matamu sudah tidak berwarna merah lagi. Hmm... Bisa dikatakan kekuatanmu dipengaruhi oleh emosimu. Jika kamu marah maka kekuatanmu akan muncul. Dan sebaliknya jika sedih maka kekuatanmu akan muncul juga. Jadi kamu harus bisa mengendalikan emosimu.”
“Baiklah Onii-Chan. Aku akan berlatih untuk mengendalikan emosiku mulai besok. Sekarang aku akan tidur. Soalnya udah jam setengah 11. Oyasumi Oni-Chan.”
“Oyasumi Haru.”
.
.
.
“Onii-Chan ,,, ayo berangkat.. Nanti keburu telat.” Suruhku
“ Sabar donk Haru. Ini lagi ngecek mobilnya. Masa mau dipakai nggak dicek dulu. Gimana sih kamu ?”
“Hihihi..*peace”
“Heleh pake peace peacean segala.Nah sudah selesai nih. Ayo berangkat. “
“Ok..” kataku.
.
.
Sesampai disekolah aku melihat Kisara, lalu menyapanya. “ Hai,,, Kisara!!” teriakku.
Tetapi Kisara mengabaikanku dan langsung pergi dari hadapanku. Entah kenapa Kisara melakukannya kepadaku. Saat menuju ke kelas, aku merasa sedang dilihatin oleh banyak orang. Aku tidak mempedulikannya. Kutaruh tasku di kursi lalu aku duduk.
“Hoii.. Rambut biru... Cantik-cantik kaya kamu masa bisa membunuh 5 perampok dalam sekejap? Kamu punya kekuatan apa hah ? Kekuatan dari Iblis kali ya ? Huuu anak setan” ejek seorang anak nakal yang terkenal di sekolahku.
Ternyata mereka sudah tahu tentang kejadian tadi malam. Dari mana mereka tahu? Pasti dari orang yang kudorong tadi malam. Dia kan seorang wartawan.
“Memangnya kenapa ? Tidak boleh ?” tanyaku dengan geram.
“Hoi Hoi... Berani banget sih sama aku ... ANAK SETAN !!! ANAK IBLIS !!!”
Tanpa pikir panjang aku mendorong anak nakal itu dengan kekuatanku. Aku tidak bisa mengendalikan emosiku. Ternyata aku harus berlatih.
“Gomen.. Gomen...” kataku
“Berani-beraninya kamu mendorongku!!! Rasakan ini!” Anak nakal itu memukulku dan menendangku sampai-sampai tubuhku terluka dan mengeluarkan darah.
“ Mana kekuatanmu itu ? Kok gak keluar-keluar.. Hahaha..” ejek anak nakal itu.
“HOI.... KALIAN!!! APA YANG KALIAN LAKUKAN ?” teriak seorang pria berkacamata dari depan pintu.
“Rentarou Sensei. Kami tidak melakukan apa apa kok.” Kata salah satu anak yang memukuli aku tadi.
“Haru.. Apa yang terjadi ?? Kalian anak-anak nakal sekarang pergi menghadap kepala sekolah. Cepat sana.. “ suruh Sensei.
“Baiklah Sensei. Kami akan segera kesana.”Kata anak-anak nakal itu dengan malas.
“Haru.. Saya akan membawamu ke UKS. Kuat tidak untuk berjalan menuju UKS ?” tanya Sensei Rentarou.
“Bisa Sensei, akan aku coba. Awww.....”
“Tidak bisa ya? Akan saya gendong ya. Bertahanlah.”
.
.
“Awww... Sakit Sensei.... Awww..” teriakku
“Bertahanlah. Ini hanya sedikit sakit. Saya lanjutkan lagi ya mengobatinya.”
“Iya Sensei.”
“Nah sudah. Sudah saya obatin dan ada yang saya perban.”
“Arigatou Sensei.”
“Kenapa kamu menjadi seperti ini? Dan sekarang kamu memiliki kekuatan yang aneh ?”
“Entahlah Sensei? Tapi mau kutunjukan seperti apa kekuatanku.”
“Boleh saja. Tapi jangan sampai melukai saya ya.”
Aku membuat mataku menjadi merah dan menggerakan tanganku kearah botol yang berada di meja. Kugoyangkan tanganku dan botol itu melayang-melayang di langit-langit. Lalu aku menaruhnya kembali.
“WoW.. Itu sangat hebat. Tapi sayangnya kamu belum bisa mengendalikan emosimu ya. Kamu harus banyak berlatih. “ kata sensei.
“Iya Sensei. Aku akan berusaha semaksimal mungkin. Karena aku sudah ditakdirkan memiliki kekuatan ini. Biarkan mereka menjauhiku.”
“Seppppp... Ayo kembali ke kelas. Pelajarannya udah dimulai tuh. Saya juga harus mengajar kelas lain.”
“Baik Sensei.”

_______oOo_______

Tidak ada komentar:

Posting Komentar